Thursday, December 06, 2007

PESAN-PESAN SAYA PADA DUNIA

Sahabat-Sahabat di mana saja Saudara berada,

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala sesuatu yang telah dan akan saya tulis di blog ini, adalah bagian dari jiwa saya. Bagian dari pelajaran-pelajaran yang telah saya pelajari melalui kehidupan saya. Dan dengannya, saya mencoba untuk mengaplikasikannya. Saya adalah seorang pembaca dari buku-buku saya. Mereka telah menunjukkan pada saya tentang segala sesuatu yang telah saya ketahui. Bahkan jika hanya sebuah ketidaktahuan, tetapi dapat dideteksi dan dimengerti melalui kemampuan menganalisis mimpi-mimpi dan perilaku.

Saya ingin menginspirasi para pembaca, dengan perjalanan-perjalanan saya, melalui tema-tema cinta kasih, kepercayaan, spiritualitas, dan tujuan hidup. Apakah sebenarnya sepuluh pesan kunci yang ingin saya bagikan kepada dunia?

1. Jalur untuk menjadi bijaksana adalah dengan tiadanya ketakutan untuk membuat kesalahan-kesalahan.

2. Allah swt. adalah cinta kasih, kaya, dan pemaaf. Jika kita percaya hal ini, kita tidak akan mengizinkan kelemahan-kelemahan yang kita miliki menjadikan kita kehilangan kekuatan untuk bergerak karena tiadanya bantuan.

3. Di saat tiap hari terasa datar, hal ini karena kita berhenti memperhatikan hal-hal baik yang muncul dalam kehidupan-kehidupan kita.

4. Cinta kasih yang paling kuat adalah keberadaan cinta yang dapat mendemonstrasikan kerusakannya.

5. Anugerah terbesar dalam kehidupan adalah adanya masa depan dan memiliki mimpi-mimpi untuk merealisasikannya.

6. Menemukan sesuatu yang penting di dalam hidup, tidak berarti bahwa kita harus menyerah untuk hal-hal yang lain.

7. Akhir dari sebuah fase, hanyalah awal dari fase yang lainnya. Bahaya-bahaya yang dihasilkan diperlukan sebagi persiapan untuk melakukan hal yang lebih baik pada fase selanjutnya.

8. Sangat penting untuk mengetahui kapan sesuatu telah tercapai dan berakhir. Berhentinya putaran, tertutupnya pintu, dan berakhirnya bab-bab, tidak berarti bahwa kita memerlukannya. Yang lebih berarti adalah, untuk meninggalkannya pada masa lalu sejarah-sejarah tersebut dalam kehidupan yang telah berakhir.

9. Jalan menuju puncak dari sebuah gunung selalu lebih panjang daripada yang kita pikir. Jangan membodohi diri kita sendiri. Peristiwa akan datang ketika apa yang kita rasakan begitu dekat ternyata masih sangat jauh.

10. Cinta, telah membimbingku untuk melihat segala sesuatu. Saya tidak pernah mengimajinasikan hal itu menjadi kenyataan.


Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medio Awal Juli 2007.
From Perth with love,


Moch. Abdul Kobir, S.E., SST.Akt., M.Si.
NIP 060082152

MENGELOLA KEGELISAHAN HATI

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saudara-saudaraku, tahukah tentang sesuatu yang paling banyak menyita pikiran, waktu, dan tenaga, yang bisa berakibat berkurangnya kemampuan akal dan merusak ibadah? Itulah perasaan gelisah. Cemas terhadap sesuatu yang belum terjadi, yang berkaitan dengan urusan duniawi. Padahal sudah jelas, perasaan cemas --apalagi berlarut-larut-- tidak akan membuahkan penyelesaian, selain membuat hati semakin sengsara dan bertambah menderita.

Padahal, hidup ini sungguh teramat singkat. Kapan lagi kita akan merasakan kebahagiaan apabila dari hari ke hari yang terkumpul adalah kecemasan yang berujung pada kegelisahan dan hilangnya perasaan nikmat dalam menjalani hari-hari kehidupan ini? Memang, cemas berpangkal pada belum mantapnya keyakinan bahwa segala kejadian yang menimpa mutlak datangnya dari Allah.

Allah Azza wa Jalla berfirman, "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Barangsiapa yang beriman kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (Q.S at-Taghabun [64]: 11).
Dalam ayat lain, "Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis pada kitab Lauhul Mahfudz sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri" (Q.S al-Hadid [57]: 22-23)

Jelaslah, sesungguhnya setiap kejadian yang kita alami tidak akan lepas dari ketentuan dan izin Allah, sehingga tidak ada kecemasan dan kegelisahan saat suatu kejadian menimpa kita.
Akan tetapi, kebanyakan dari kita ternyata amat sibuk dengan pikiran yang mencemaskan perbuatan-perbuatan makhluk dan mengharapkan datangnya bantuan makhluk. Padahal sudah jelas, tidak ada satu pun yang dapat menimpakan mudharat ataupun mendatangkan manfaat, selain dengan izin-Nya.
"Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya, kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tiada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Q.S Yunus [10]: 107).

Jadi, apa perlunya kita bercemas-cemas memperpanjang pikiran dan menggantungkan harapan kepada sesama makhluk, sedangkan mereka pun sama sekali tidak dapat menolak kemudhratan yang menimpa diri mereka sendiri. Cukuplah kepada Allah kembalinya segala tumpuan hati, harapan dan segala urusan, karena hanya Dia-lah penguasa segala-galanya dan penentu segenap kejadian. Tiada sesuatu pun di jagat semesta ini yang dapat bergerak tanpa izin-Nya karena tiada daya dan upaya tanpa kekuatan dari-Nya.
Barangsiapa yang yakin bahwa Allah-lah yang akan menolong dan menjaminnya dalam setiap urusan, niscaya Allah pun benar-benar akan menjaminnya. Karena, "Aku," firman-Nya dalam sebuah hadis qudsi, "sesuai dengan prasangka hamba-Ku dan Aku bersama dengannya ketika ia ingat kepada-Ku. Jika ia ingat kepada-Ku di dalam hatinya, maka Aku pun ingat kepadanya di dalam hati-Ku. Jika ia ingat kepadaku dalam lingkungan khalayak ramai, niscaya Aku pun ingat kepadanya dalam lingkungan khalayak ramai yang lebih baik. Jika ia mendekati-Ku sejengkal, Aku mendekatinya pula sehasta. Jika ia mendekati-Ku sehasta, niscaya Aku mendekatinya sedepa. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku mendekatinya sambil berlari" (H.R Syaikhani dan Turmudzi dari Abu Hurairah ra).

Nah, itulah kunci kehidupan yang sesungguhnya. Semua kejadian telah diketahui dan diatur secara cermat, penuh kebijaksanaan, dan kasih sayang, untuk ditimpakan kepada hamba-hamba-Nya. Allah Maha Tahu akan keadaan kita pada masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Dia Maha Tahu akan keinginan dan cita-cita kita. Dia pun Maha Tahu akan tingkat intelektualitas, kekuatan tubuh, keadaan perekonomian, bahkan segala yang ada pada diri kita. Bukankah Dia yang menciptakan dan mengurus segala-segalanya?
Jadi, mutlak setiap yang ditimpakan itu akan sangat sesuai dengan keadaan kita. "Allah tidak akan membebani seseorang, kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang dikerjakannya dan Ia mendapatkan siksa dan (dan kejahatan) yang dikerjakannya". (Q.S al-Baqarah [2]: 286).

Sekiranya suatu musibah dirasakan pahit dan amat berat, maka sebetulnya semua itu semata-mata karena kita belum mampu memahami hikmah di balik kejadian tersebut. Atau karena kita masih beranggapan bahwa rencana kita lebih baik daripada rencana Allah SWT.
Padahal ilmu kita yang teramat sangat sedikit ini kerapkali terlampau diselimuti oleh hawa nafsu yang cenderung menipu dan menggelincirkan diri, sedang Dia adalah Dzat yang Maha Mengetahui segala-galanya. Firman-Nya, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui." (Q.S al-Baqarah [21]:216).

Bilamana datang suatu kejadian yang mencemaskan, segera kuasai diri . Jangan menyiksa diri dengan pikiran yang diada-adakan , sehingga terasa makin menyiksa. Memang begitulah kita; lebih gemar menganiaya diri sendiri dengan menenggelamkan ingatan dan lamunan pada yang tiada bermanfaat.
Segeralah kembalikan segala urusan kepada Allah. Yakinilah kesempurnaan, pertimbangan, dan kasih sayang-Nya, dan segera bulatkan hati bahwa hanya Dia-lah satu-satunya pembela. Dia-lah pemberi jalan ke luar yang paling sempurna. Mustahil Dia lalai dan lupa terhadap keadaan hamba-Nya. Tidak mungkin pula Dia memungkiri janji-Nya terhadap orang-orang yang bersungguh-sungguh yakin bahwa pertolongan itu hanya datang dari-Nya. Setelah hati dan keyakinan kita bulat, segera juga bulatkan ikhtiar untuk memburu pertolongan Allah dengan amalan-amalan yang dicintaiNya.

Camkan, bahwa rida terhadap takdir itu letaknya di dalam hati, tetapi tubuh harus ikhtiar di jalan yang diridai-Nya. Dengan demikian, setiap untaian kejadian yang menimpa kita akan menjadi sarana yang paling tepat untuk gandrung bermunajat kepada Allah, sehingga membuat kita semakin taqarrub dan tidak pernah bisa lupa kepada-Nya.

Itulah sebenarnya rahasia ketenangan dan kebahagiaan sejati di dunia ini yang insya Allah akan menjadi bekal kebahagiaan yang kekal di akhirat nanti. "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingat, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik". (Q.S Ar-Ra`d [13]:28-29).


Wassalam,
From Perth with love,

Kobir

DOA DI AKHIR PEKAN

Perth, 22 Juli 2007

Aku berlindung kepada Allah dari segala godaan setan yang terkutuk
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
Segala puji hanya bagi-Mu Tuhan seru sekalian alam

Kami tengadahkan kedua tangan ini
Kami hadapkan wajah ini
Kami tundukkan hati ini
ke hadirat-Mu...

Ya Allah, berikanlah kepada kami ketenteraman hati dan kesejukan jiwa
karena percaya kepada-Mu ya Tuhan...
Jadikanlah kami yang beriman kepada-Mu, menjadi unsur-unsur penyejuk
dalam udara yang panas...
Unsur-unsur penenang dalam kegemuruhan hiruk-pikuknya suasana...

Ya Robbi, jauhkanlah kami dari rasa congkak dan angkuh
bila kami memperoleh rasa lebih dari yang lain,
karena Engkau tidak menyukai kepongahan dan kesombongan

Ya Allah, berikanlah kepada kami kecerdasan, kepandaian, dan kearifan
untuk menilai segala sesuatu di hadapan kami, dengan kebesaran jiwa...
dan jauhkanlah kami dari kesempitan dan kepicikan jiwa

Ya Tuhan, berikanlah kepada kami tenaga untuk senantiasa berada di jalan-Mu
dan selalu ingat kepada-Mu ya Allah saat kami menghadapi kejadian,
baik yang menggembirakan, maupun yang kami anggap sukar...
karena kami yakin ya Allah..
bahwa tanpa pertolongan-Mu
bahwa tanpa kekuatan yang Engkau berikan
Kami adalah hamba-hamba lemah, tiada berdaya upaya
Berikanlah kepada kami kesabaran dan ketawakalan
atas kesukaran yang kami hadapi
karena kesabaran lebih Engkau sukai daripada murka amarah

Ya Allah, anugerahkan kepada kami kemampuan untuk bersyukur
atas segala nikmat yang telah Engkau limpahkan hingga detik ini
hingga Engkau akan menambahnya
Ya Allah, jangan Engkau masukkan kami ke dalam golongan
orang yang tidak mengakui nikmatmu
karena kami tahu, azab-Mu amat pedih

Ya Allah, ridhailah usaha reformasi birokrasi dan pembangunan di negeri kami
Tunjukilah kami dan para pemimpin kami, jalan-Mu yang lurus
agar amal perbuatan kami ini tidak sia-sia

Ya Rabbi, ampunilah kami. Ampunilah ibu bapak kami...
sayangi dan kasihilah beliau
sebagaimana beliau mengasihi kami sejak kecil

Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami
sebagai anak shalih yang berbakti kepada kedua orang tua
Jadikanlah generasi penerus kami
menjadi generasi yang lebih baik dari kami

Ya Rabbi, berilah kami kebahagiaan di dunia
dan kebahagiaan di akhirat
serta jauhkanlah kami dari siksa api neraka

Subhaana robbika robbil 'izzati 'ammaa yasifuun
wassalaamun 'alal mursaliin
walhamdulillaahi robbil aalamiin


From Perth with love,

Kobir

DEKLARASI GENERASI BIRU

Kami Generasi Biru...
Membayangkan Indonesia...
Negara kami, komunitas kami, tanah air kami; 'yang kami miliki'...

Kami mempunyai hak untuk bermimpi, hidup, dan sukses
di negara yang bisa kami sebut sebagai rumah kami...

Kami adalah satu kesatuan empati dan simpati, dengan kejujuran
dalam mengakui kesalahan-kesalahan dan keberanian untuk
menatanya kembali menjadi benar...
Kami mencari bersama dan belajar, bukan untuk menyalahkan...

Kami bangga, kami bangkitkan kembali, kami lindungi, dan kami cintai
tanah air kami yang mudah retak

Kami percaya bahwa pendidikan adalah untuk siapa saja...
demi masa depan bangsa yang bertumbuh dan berkembang

Negara kami adalah tempat di mana di sana selalu ada
sebuah bantuan dalam pencapaian...

Kami adalah orang-orang yang memiliki persamaan dan perbedaan
yang dirayakan bersama dengan penuh rasa bangga...

Kami adalah bangsa yang berkomitmen untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia di Indonesia dan di seluruh dunia tanpa kompromi...

Kami peluk semangat kebersamaan...

Kami peduli, kami aktif, kami terlibat

Bayangkan Indonesia kita, hidup dan berbagi....


Perth, 24 September 2007

Moch. Abdul Kobir
NIP 060082152

MEMAHAMI REAKSI ALAMI TERHADAP PERUBAHAN

Sejak sebuah perubahan diumumkan sampai perubahan dirasakan benar sampai ke lapisan bawah, semua pegawai-tanpa mempertimbangkan jabatan dan pengalamannya- pada level tertentu, akan mengalami kebingungan, tekanan, dan perasaan kehilangan. Yang paling menarik adalah bahwa orang bereaksi terhadap ketidakpastian ini dengan cara yang berbeda. Kita yang terlibat dalam perubahan ini, perlu memahami secara jelas apa saja reaksi orang terhadap perubahan tersebut.

Beberapa individu dapat mengatasi dengan baik atas masalah yang terjadi sebagai akibat adanya perubahan karena mereka telah membangun sebuah perspektif berdasarkan kehidupan yang mereka alami dan pengalaman yang mereka miliki. Orang model seperti ini, dapat melihat perubahan sebagai sebuah peluang. Pada awalnya, orang-orang tersebut juga merasakan hal yang sama yaitu: kehilangan orientasi, tidak nyaman, dan mengkhawatirkan masa depan mereka. Namun, mereka beradaptasi lebih cepat, hatinya bersambung dengan proses yang ada, toleran terhadap ambiguitas, sangat kreatif, dan mampu berimprovisasi dalam mencari solusi terhadapap masalah-masalah baru yang timbul. Mereka aktif berkomunikasi dan mengikuti program-program pelatihan yang biasanya menyertai ide perubahan. Mereka jadikan hal itu sebagai sumber informasi. Orang seperti ini, memiliki kualitas adaptasi yang sangat baik dalam sebuah organisasi, menjadikan tugas pimpinan menjadi lebih mudah. Sayangnya, tidak semua pegawai beradaptasi dengan cara ini.

Di saat beberapa pegawai dapat beradaptasi, banyak pegawai yang masih “stuck”, merasa terperangkap dan bingung. Perubahan menghadirkan rasa kehilangan pada tipe-tipe orang tertentu. Rasa kehilangan ini biasanya dipersepsikan lebih besar daripada apa pun hasil yang dijanjikan oleh perubahan. Kontrol, peluang di masa depan, prediksi, power, status, keamanan, atau banyak lagi perasaan-perasaan yang menurut kelompok tersebut penting. Perubahan dilihat sebagai hal yang lebih buruk.

Orang yang lain lagi mungkin menaruh diri mereka sendiri sebagai korban sebuah perubahan. Pegawai yang menganggap dirinya sebagai korban merasa bahwa mereka tidak punya pilihan, bahwa mereka hanya “diberitahu” tentang apa yang harus dikerjakan, dan apa peran mereka yang harus dipatuhi.

Ada juga tipe yang bereaksi secara kaku, tidak fleksibel. Respon ini terjadi ketika orang telah menjadi nyaman dan terbiasa dengan cara-cara terdahulu yang telah dikerjakan, dengan proses kerja lama, dan dengan model organisasi terdahulu. Orang-orang ini tidak mau tahu antara hal yang dikerjakan dengan tujuan pekerjaannya. Tujuan yang lebih penting dengan proses yang dikerjakan menjadi tidak bersambung, karena proses dianggap lebih signifikan. Ambil contoh, adanya perubahan yang berimbas pada proses baru, teknologi baru, dan kebijakan baru. Orang-orang ini bereaksi dengan resistensi. Secara konfrontatif mereka menolak.

Ada pula reaksi lain, yaitu orang yang memiliki kesulitan untuk mengatasi perasaan kecewa, tidak puas dengan organisasi, teringat pada “masa-masa lalu yang indah” dan “cara yang biasa kita lakukan dahulu”. Ekspresi perilaku yang lainnya adalah menarik diri untuk berkontribusi, mengisolasi diri, menolak (ini lagi, terlalu begitu, ini akan berlalu, dst.), sinis, dan bentuk-bentuk lain bernostalgia ke masa lalu. Banyak pula pegawai yang mengekspresikan resistensi mereka dengan cara tidak membuat keputusan, tidak beraksi, dan “wait and see” karena tidak mendapatkan informasi yang cukup atau tidak cukup mengerti dengan proses yang terjadi.

Bahkan, para pegawai yang “excellent” yang biasanya mencapai performa bagus, bisa juga menjadi “stuck” dalam perubahan. Pimpinan perlu mengenali perilaku mereka sebagai sebuah reaksi dan bukan sebagai masalah dalam kinerja.

Dengan demikian, apa saja yang bisa kita lakukan?:
Lebih dekatlah dalam mengobservasi perilaku. Perhatikan apa yang orang-orang katakan dan kerjakan dalam rapat dan pertemuan informal (milis forum prima, misalnya). Lebih sensitiflah pada bagaimana perasaan orang-orang.
Pelajari, bagaimana orang-orang bereaksi. Pelajari, dasar psikologi orang yang mengalami perubahan melalui kursus, buku, dan tulisan lainnya.
Kenali, bahwa reaksi-reaksi itu berdampak pada setiap orang. Pada tingkatan yang lebih besar atau kecil, semua pegawai bereaksi terhadap perubahan. Antisipasi hal itu; temukan masalah dan jawabannya.

“Progress is a nice word. But change is its motivator. And change has its enemies.”



*Penulis adalah pelaksana pada Sekretariat DJPB, tugas belajar pada Curtin Business School , Curtin University of Technology, Western Australia

Tuesday, October 16, 2007

PEREMPUAN ITU


Perth, 8 Juli 2007

Di wajah perempuan itu, nampak guratan kecantikan, meski kerutan ketuaan tak bisa disembunyikan. Perempuan itu, usianya tujuh puluhan tahun lebih. Tidak jelas memang, karena di masa itu, tidak ada dokumentasi yang pasti tentang proses kelahirannya. Jangankan direkam dengan video atau photo digital, dicatat pun mungkin tidak. Di KTP memang ada tahun kelahirannya, tetapi itu tidak cukup meyakinkan bagi pembacanya.

Di balik kerudungnya yang tidak terlalu rapat, nampak juluran rambutnya yang hampir semua memutih. Perempuan itu, nampak begitu bersemangat, walaupun usianya merangkak senja. Dia memang tidak pernah mau ketinggalan untuk selalu berjamaah di masjid sebelah rumahnya yang hanya terpaut bangunan balai desa. Di kegelapan isya’, di keremangan maghrib, dalam dinginnya subuh, pada teriknya dzuhur, dan saat kesibukan ashar, perempuan itu berusaha sedapat mungkin hadir. Biasanya, dia jalan kaki dengan memakai mukena yang dikenakan setengah badan, sembari mengalungkan sajadahnya berangkat jamaah.Namun, akhir-akhir ini, perempuan itu nampak dibonceng sepeda motor Astrea Supra oleh anak lelakinya yang bungsu, sekedar untuk sholat jamaah. Dia bilang badannya mulai sering lemas dan penglihatannya berangsur-angsur kabur. Mungkin, orang seusia perempuan itu memang lebih sulit untuk membendung berbagai penyakit yang datang. Fungsi antibodinya sudah tidak secanggih sebelumnya.

Perempuan itu, tak pernah mengikuti kegiatan PKK atau Dharma wanita. Memang, dia bukan istri PNS atau pamong praja. Dia lebih suka ikut pengajian-pengajian di lingkungan sekitar. Perempuan itu, sering didaulat menjadi pimpinan pengajian di desa tersebut. Yang agak aneh bagi tetangganya, dia selalu datang bersama dengan menantunya yang ketiga. Selalu duduk berdampingan dengan istri anaknya. Akur banget.

Sehabis sholat subuh berjamaah, perempuan itu selalu mengaji alquran dengan keras di ruang tamu. Sangat lama. Orang yang tidak biasa, pasti kegiatan itu terasa melelahkan dan membosankan. Namun, tidak bagi perempuan itu. Suaranya lantang. Cara membacanya relatif cepat setengah hafal. Kefasihannya dalam melafalkan makharijul huruf, menunjukkan kecerdasan perempuan itu. Hal itu, dilakukannya setiap hari, tidak pernah absen. Kegiatan yang sama, selalu dilakukan setiap habis sholat maghrib sambil menunggu isya’ menjelang.Anaknya bercerita, bahwa perempuan itu tidak pernah lekang sholat malam. Sholat tahajud dan sholat sunah lainnya hampir menjadi rutinitasnya. Tengah malam menjelang subuh, dia sudah terbangun karena katanya tidak bisa tidur lagi. Mungkin begitulah “body clock” orang tua. Saat orang lain terlelap dalam mimpi indah dan basah, perempuan itu bermunajat kepada Sang Pencipta.

Beberapa waktu yang lalu, perempuan ini didiagnosis oleh dokter puskesmas kecamatan menderita maag yang cukup akut. Boleh jadi, salah satu penyebabnya karena dia selalu puasa senin kamis, puasa syawal, puasa sunah di bulan rajab, dan tentu saja, puasa ramadhan saat sehat tak terlewatkan.

Konon, perempuan itu pernah menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Arab Saudi melalui Depnaker selama dua tahun di saat usianya nyaris setengah abad. Ya, di tahun 1985 dia nekat merantau ke negeri orang karena usaha suaminya sebagai penyalur listrik tenaga diesel (PLTD) harus gulung tikar. Listrik sudah mulai masuk desa itu . Padahal, kala itu, belum ada satu pun wanita yang menjadi TKW di desanya. Terlebih, masih banyak suara miring tentang profesi itu. Kalau sekarang, makin banyak saja TKW ke Arab Saudi, Malaysia, Brunei, Hongkong, Taiwan, bahkan ke Amerika Serikat. Sebelumnya, perempuan itu adalah seorang wiraswastawati sukses di desa tersebut. Dia memiliki usaha konveksi konvensional dengan berpuluh tenaga kerja. Dia sangat ulet mengelola bisnisnya sambil mengasuh lima orang anak. Dia mendidik gadis-gadis di sekitarnya untuk belajar menjahit dan menjadi pegawainya. Di antara mereka, ada yang bisa mandiri, ada juga yang tidak. Namun, dengan datangnya persaingan mesin-mesin konveksi yang lebih modern dan beragam di kota besar, akhirnya, usaha perempuan itu menurun drastis dan terhenti.

Perempuan itu, anak pertama dari lima bersaudara. Berasal dari keluarga sederhana, tetapi dinikahi oleh anak orang kaya di wilayah tersebut. Dia tidak tamat Sekolah Rakyat (SR), hanya menyelesaikan sekolah sampai kelas 4. Dia tidak lulus SR, tetapi mampu menulis surat dengan bahasa dan kalimat yang tersusun rapi. Kepada anaknya, dia tidak pernah menyuruh, apalagi memaksa untuk belajar. Dia hanya selalu berpesan, agar tidak lupa untuk membaca alquran meskipun cuma satu lembar. “Biar sedikit, yang penting istiqomah” ujarnya.

Perempuan itu, juga selalu menasihati anaknya, agar tidak lupa membaca fatihah atau sholawat di mana saja, terlebih dalam perjalanan.Perempuan itu, seandainya saja melanjutkan sekolah, mungkin bisa menjadi Kepala Kanwil seperti Dra. Hj. Sri Warningsih, Ibu Dra. Rosari Arwati, atau Ibu Dra. Ni Luh Putu Kumalawati, MA. Meskipun tidak tamat SD, dia bisa mengirim dengan tepat buku pesanan anaknya melalui telepon. “Mak, minta tolong dikirimkan buku “Ekonomi Moneter” yang bersampul merah, di rak buku samping tempat tidur” pinta anaknya lewat wartel. Dia, dengan tepat mengirimkan buku itu.

Perempuan itu, tak pernah membaca buku manajemen dan buku “self help”. Namun, dia dapat meyakinkan anaknya saat minta doa restu. “Mak, nyuwun tambahipun donga pangestu, nggih. Saya ingin bisa sekolah lagi ke luar negeri. Bisa, tidak ya, Mak?” Dia menjawab mantap sambil tersenyum, “Wis to Le, iso iso awakmu sekolah nyang luar negeri”.Perempuan itu, yang mengajari anaknya tentang hidup. “Mak, saya dapat tawaran di kantor swasta, gajinya 6 juta per bulan. Gaji dan TC di Depkeu 2 juta per bulan. Ingkang putro dipastikan langsung diterima. Boleh tidak, kalau keluar dari Depkeu?” anaknya berkonsultasi. Perempuan itu menjawab dengan tegas, “ Ojo sampe’ awakmu metu soko Depkeu. Jadi pegawe negri ngono ora gampang. Kowe wis beruntung. Wis to, ojo kuwatir. Penak-penak, uripmu mbesuk. Nuruto Emak. Percoyo-o karo Emak”, ujar perempuan itu dengan optimis.

Perempuan itu, yang lari lintang pukang ke sana ke mari bagi kesembuhan anaknya. Persis seperti Siti Hajar mencarikan air buat Ismail yang kehausan. Tak lelah mencarikan obat, saat anaknya sakit. Mengusahakan ke dokter, mengantar ke dokter spesialis yang harganya melangit, membawa ke pengobatan alternatif, bahkan pergi ke dukun komat-kamit demi anak tercintanya. Suatu saat, dia nyaris pingsan di depan pasar dan dikerubuti orang karena kelelahan tak tahu harus bagaimana agar anaknya pulih seperti sedia kala.

Perempuan itu, mungkin tidak terlalu paham KKN. Kendati demikian, dia dengan amat keras menyatakan,”Emak tidak pernah mengharap pemberian kamu. Emak memang senang, kalau kamu sangoni uang barang lima puluh atau seratus ribu rupiah. Tapi, Emak ora lilo. Emak ora sudi kalau kamu memberi dari uang tidak halal. Tidak barokah. Jangan pernah kasih Emak dari uang begituan. Mending Emak tak usah dikasih apa-apa. Sedikit-sedikit, Emak juga punya uang tabungan dari hasil jualan di toko”.Perempuan itu, nampak getir ketika suatu saat anaknya mempertanyakan,”Mak, kenapa dulu Emak menyuruh anaknya memilih kuliah di prodip/STAN, meskipun juga diterima di Kedokteran Umum Unair?”. “Nganggo duwit opo to Le, nggo biaya sekolah dokter. Sekolah dokter ngono larang, mending pilih prodip/STAN sing ora mbayar, langsung oleh kerjo,”paparnya.

Perempuan itu, begitu tegar. Ketika para tetangga menanyakan kabar anaknya,” Bulek, wah..enak ya, putranya kerja di Depkeu. Pasti uangnya banyak banget. Dikirimi duwit terus.” “Yo, alhamdulillah, pendongane wae…”jawabnya enteng.

Perempuan itu, mengajari anaknya realistis. “Sudahlah, jangan banyak berpikir yang jauh-jauh. Nikmati saja kehidupanmu hari per hari. Hari ini mau ngapain, hari ini mau makan apa, hari ini mau ke mana. Begitu saja. Gusti Alloh wis ngerti. Gusti Alloh wis weruh sing apik kanggo awakmu”, nasihatnya pada sebuah kesempatan.

Perempuan itu, berani berijtihad dengan niat baiknya. Ada cita rasa feodal, tetapi tetap demokratis. Dia, telah membagi warisan untuk kelima anaknya, saat dia masih segar bugar. Dikumpulkan seluruh anaknya diajak musyawarah. “Waamruhum syuroo bainahum”. “Dan bermusyawarahlah kalian untuk urusan di antara kalian”. Biar tidak pernah ikut penataran P4, rupanya dia telah melaksanakan sila ke-4 butir ke-1 dari Pancasila yaitu mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. “Anak-anakku, saya tahu, dalam hukum waris Islam (ilmu faroid), hak anak perempuan mendapat bagian setengah dari bagian anak laki-laki. Namun, saya akan membagi waris sama rata, tapi tidak sama rasa (he he he..mbanyol). Untuk bagian saya sendiri, kalau saya meninggal, akan saya berikan kepada Khozin, si ragil. Buat anak laki-laki, anggap saja bagian yang kurang itu, sebagai hibah untuk saudara perempuan kalian. Buat anak-anak perempuan, ucapkan terima kasih dan doakan buat saudaralaki-laki kalian atas keikhlasan mereka. Satu lagi, rumah peninggalan jangan dipugar sebelum saya tiada.” cetusnya. “Bagaimana Mbak Hanik, ada pendapat?” tanya dia kepada putri pertamanya. Hafidzah yang perasa dan takut dosa itu, hanya terdiam. “Coba Mbak Tatik, bagaimana menurut kamu?” dia mencari keyakinan pada putri keduanya. Anak kedua yang rajin dan penurut itu, tak mengeluarkan kata sepatah pun. “Mas Dofir keberatan?” selidiknya kepada putra ke-3. Meski sering berselisih paham, untuk kali ini, pria itu terbungkam. “Sekarang kamu, ada pendapat?” dia tetap mengarahkan pandangannya ke anak tersayangnya, meski dia tahu, anaknya ini bakal sependapat. “Tidak…”jawab anak laki-laki yang kalem dan waktu kecilnya cakep dan imut-imut itu (kata istrinya) agak terputus …”ngeles”…, antara TIDAK SETUJU dengan TIDAK APA-APA…he he he..(lha gimana, alqur’an sudah jelas mengatur, tetapi diberi bagian berapa juga sudah untung. Tidak dibagi pun sudah dapat gaji dari pemerintah. Iyo,to?). Sejurus kemudian, dia langsung mengalihkan perhatian ke anak bontotnya yang masih bujang. “Mengapa, kamu cengar-cengir saja dari tadi, no comment ya?” seloroh perempuan itu.

Perempuan itu, yang setiap minggu saya telepon dari Australia. “Nak, buku kiriman Pak Hari sudah sampai. Judulnya “MUHAMMAD SANG NABI: Sebuah biografi kritis” penulisnya Karel Amstrong. Isinya tentang kisah nabi disertai pendapat orang. Jumlah halamannya, sekitar 409. Bukunya sangat tebal, sampulnya warna putih”. Sampaikan salam saya untuk beliau. Semoga Allah swt. membalas kebaikan beliau dengan berlipat ganda dan dari arah yang tak disangka-sangka. Berterima kasih dan belajarlah kepada beliau”, rentetan nada suaranya mulai terdengar lirih.

Perempuan itu adalah Ibu Kandung saya, Hj. Hasimah. Gusti aloh kang katon. Dia adalah orang yang paling saya cintai sekaligus paling saya takuti di dunia ini. Mencium tangannya, adalah hal yang paling menyejukkan. Berbicara dengannya, adalah kebahagiaan. Sabdanya, merupakan keniscayaan. Ridhonya, adalah ridho Tuhan. Di bawah telapak kakinya, surga saya berada. Doanya, tak pernah putus hingga kini. “Ya Allah, izinkan saya mendampinginya, sebelum Engkau memanggilnya kembali…”.“Allaahummaghfirlii, dzunubii waaliwaalidayyaa…warhamhumaa kamaa robbayaanii soghiiroo”. Amen.

From Perth with love,

Moch. Abdul Kobir
NIP 060082152

Friday, July 21, 2006

Wednesday, May 10, 2006

Leni Desfita UNSW said...

Lugu, lucu, tapi suka ndak nYadar kalo lagi lucu. Familyman, dan orang yang mau kerja keras buat maju.
Go... go... go... always...
Never forget our lovely 6 months in IALF.

Huminca Sinaga from PIKIRAN RAKYAT assumed...

Mas Kobir, Mas Kobir, Mas Kobir.... Gai's best student, I assume he he he. You are a nice guy as well as very thoughtful person. I am so lucky to have U as my friend.

Syamsul Bahri from Aceh ordered...

Keep asking, that is good.....
Keep in touch with your friend!

Ratih Damayanti PPATK's Opinion...

Pak Kobir... di awal serious banget loh.... tapi lama2 tertular Gai jg yeeh... suka jahil & cynical loh...Keep on your style OK!

Wurdaningsih View...

Mr. Finance YG lUGU... Pedenya buat ane iri..... SukSES SLALU...

Didik Setiaji told...

Kobri... eh Kobir... You're is you're!

Maya Sherly Kartika Uni Flinders asked...

Serius neh saya mau nanya, gimana sih caranya membagi waktu 24 jam sehari utk anak/keluarga dan studi? He..he.. I am suspicious man!

Nurhemida to sum up...

Mas, thanx ya for supporting me... Our first session made me confident... You gave me a big support... Wish me luck in my future ya??

Yopie Fetrian at ANU argue that...

Actually I don't know you well, but I'm very happy because I guess 6 months is not enough. I need to know you after more time.

Fauzan as he can see...

Ayo Mas Khobir. Kapan nih diajak berenang sama Ikbal. Khobir is a smarter guy, although he is sometimes "ngawur" in explaining something. Truly, I really enjoy having friend like you. Keep in touch ya.....!!!

Natalia Krist Uni Melbourne said...

I admire you, Mas. Student yang rajin, tekun, and selalu bersemangat. A good Family Man. Beruntunglah istri + anak2mu....Semoga Sukses!

Cita Macquaire thought...

Khobir. You always can say something that no body does not think about. You can think critically. But... You are funny guys easy going. It is nice to be your friend.

Arif Mukhyar concluded:

Mas Khobir, you're such very funny person, but I found you're so "Lugu" sometimes. Celutukannya lumayan juga untuk menghidupkan suasana kelas.....

Tuesday, May 09, 2006

Monday, May 01, 2006

Nice Day is Today and Everyday

Yesterday has gone..
Tomorrow is uncertainty..
Today is ourday...