Thursday, December 06, 2007

PESAN-PESAN SAYA PADA DUNIA

Sahabat-Sahabat di mana saja Saudara berada,

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala sesuatu yang telah dan akan saya tulis di blog ini, adalah bagian dari jiwa saya. Bagian dari pelajaran-pelajaran yang telah saya pelajari melalui kehidupan saya. Dan dengannya, saya mencoba untuk mengaplikasikannya. Saya adalah seorang pembaca dari buku-buku saya. Mereka telah menunjukkan pada saya tentang segala sesuatu yang telah saya ketahui. Bahkan jika hanya sebuah ketidaktahuan, tetapi dapat dideteksi dan dimengerti melalui kemampuan menganalisis mimpi-mimpi dan perilaku.

Saya ingin menginspirasi para pembaca, dengan perjalanan-perjalanan saya, melalui tema-tema cinta kasih, kepercayaan, spiritualitas, dan tujuan hidup. Apakah sebenarnya sepuluh pesan kunci yang ingin saya bagikan kepada dunia?

1. Jalur untuk menjadi bijaksana adalah dengan tiadanya ketakutan untuk membuat kesalahan-kesalahan.

2. Allah swt. adalah cinta kasih, kaya, dan pemaaf. Jika kita percaya hal ini, kita tidak akan mengizinkan kelemahan-kelemahan yang kita miliki menjadikan kita kehilangan kekuatan untuk bergerak karena tiadanya bantuan.

3. Di saat tiap hari terasa datar, hal ini karena kita berhenti memperhatikan hal-hal baik yang muncul dalam kehidupan-kehidupan kita.

4. Cinta kasih yang paling kuat adalah keberadaan cinta yang dapat mendemonstrasikan kerusakannya.

5. Anugerah terbesar dalam kehidupan adalah adanya masa depan dan memiliki mimpi-mimpi untuk merealisasikannya.

6. Menemukan sesuatu yang penting di dalam hidup, tidak berarti bahwa kita harus menyerah untuk hal-hal yang lain.

7. Akhir dari sebuah fase, hanyalah awal dari fase yang lainnya. Bahaya-bahaya yang dihasilkan diperlukan sebagi persiapan untuk melakukan hal yang lebih baik pada fase selanjutnya.

8. Sangat penting untuk mengetahui kapan sesuatu telah tercapai dan berakhir. Berhentinya putaran, tertutupnya pintu, dan berakhirnya bab-bab, tidak berarti bahwa kita memerlukannya. Yang lebih berarti adalah, untuk meninggalkannya pada masa lalu sejarah-sejarah tersebut dalam kehidupan yang telah berakhir.

9. Jalan menuju puncak dari sebuah gunung selalu lebih panjang daripada yang kita pikir. Jangan membodohi diri kita sendiri. Peristiwa akan datang ketika apa yang kita rasakan begitu dekat ternyata masih sangat jauh.

10. Cinta, telah membimbingku untuk melihat segala sesuatu. Saya tidak pernah mengimajinasikan hal itu menjadi kenyataan.


Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medio Awal Juli 2007.
From Perth with love,


Moch. Abdul Kobir, S.E., SST.Akt., M.Si.
NIP 060082152

MENGELOLA KEGELISAHAN HATI

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saudara-saudaraku, tahukah tentang sesuatu yang paling banyak menyita pikiran, waktu, dan tenaga, yang bisa berakibat berkurangnya kemampuan akal dan merusak ibadah? Itulah perasaan gelisah. Cemas terhadap sesuatu yang belum terjadi, yang berkaitan dengan urusan duniawi. Padahal sudah jelas, perasaan cemas --apalagi berlarut-larut-- tidak akan membuahkan penyelesaian, selain membuat hati semakin sengsara dan bertambah menderita.

Padahal, hidup ini sungguh teramat singkat. Kapan lagi kita akan merasakan kebahagiaan apabila dari hari ke hari yang terkumpul adalah kecemasan yang berujung pada kegelisahan dan hilangnya perasaan nikmat dalam menjalani hari-hari kehidupan ini? Memang, cemas berpangkal pada belum mantapnya keyakinan bahwa segala kejadian yang menimpa mutlak datangnya dari Allah.

Allah Azza wa Jalla berfirman, "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Barangsiapa yang beriman kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (Q.S at-Taghabun [64]: 11).
Dalam ayat lain, "Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis pada kitab Lauhul Mahfudz sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri" (Q.S al-Hadid [57]: 22-23)

Jelaslah, sesungguhnya setiap kejadian yang kita alami tidak akan lepas dari ketentuan dan izin Allah, sehingga tidak ada kecemasan dan kegelisahan saat suatu kejadian menimpa kita.
Akan tetapi, kebanyakan dari kita ternyata amat sibuk dengan pikiran yang mencemaskan perbuatan-perbuatan makhluk dan mengharapkan datangnya bantuan makhluk. Padahal sudah jelas, tidak ada satu pun yang dapat menimpakan mudharat ataupun mendatangkan manfaat, selain dengan izin-Nya.
"Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya, kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tiada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Q.S Yunus [10]: 107).

Jadi, apa perlunya kita bercemas-cemas memperpanjang pikiran dan menggantungkan harapan kepada sesama makhluk, sedangkan mereka pun sama sekali tidak dapat menolak kemudhratan yang menimpa diri mereka sendiri. Cukuplah kepada Allah kembalinya segala tumpuan hati, harapan dan segala urusan, karena hanya Dia-lah penguasa segala-galanya dan penentu segenap kejadian. Tiada sesuatu pun di jagat semesta ini yang dapat bergerak tanpa izin-Nya karena tiada daya dan upaya tanpa kekuatan dari-Nya.
Barangsiapa yang yakin bahwa Allah-lah yang akan menolong dan menjaminnya dalam setiap urusan, niscaya Allah pun benar-benar akan menjaminnya. Karena, "Aku," firman-Nya dalam sebuah hadis qudsi, "sesuai dengan prasangka hamba-Ku dan Aku bersama dengannya ketika ia ingat kepada-Ku. Jika ia ingat kepada-Ku di dalam hatinya, maka Aku pun ingat kepadanya di dalam hati-Ku. Jika ia ingat kepadaku dalam lingkungan khalayak ramai, niscaya Aku pun ingat kepadanya dalam lingkungan khalayak ramai yang lebih baik. Jika ia mendekati-Ku sejengkal, Aku mendekatinya pula sehasta. Jika ia mendekati-Ku sehasta, niscaya Aku mendekatinya sedepa. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku mendekatinya sambil berlari" (H.R Syaikhani dan Turmudzi dari Abu Hurairah ra).

Nah, itulah kunci kehidupan yang sesungguhnya. Semua kejadian telah diketahui dan diatur secara cermat, penuh kebijaksanaan, dan kasih sayang, untuk ditimpakan kepada hamba-hamba-Nya. Allah Maha Tahu akan keadaan kita pada masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Dia Maha Tahu akan keinginan dan cita-cita kita. Dia pun Maha Tahu akan tingkat intelektualitas, kekuatan tubuh, keadaan perekonomian, bahkan segala yang ada pada diri kita. Bukankah Dia yang menciptakan dan mengurus segala-segalanya?
Jadi, mutlak setiap yang ditimpakan itu akan sangat sesuai dengan keadaan kita. "Allah tidak akan membebani seseorang, kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang dikerjakannya dan Ia mendapatkan siksa dan (dan kejahatan) yang dikerjakannya". (Q.S al-Baqarah [2]: 286).

Sekiranya suatu musibah dirasakan pahit dan amat berat, maka sebetulnya semua itu semata-mata karena kita belum mampu memahami hikmah di balik kejadian tersebut. Atau karena kita masih beranggapan bahwa rencana kita lebih baik daripada rencana Allah SWT.
Padahal ilmu kita yang teramat sangat sedikit ini kerapkali terlampau diselimuti oleh hawa nafsu yang cenderung menipu dan menggelincirkan diri, sedang Dia adalah Dzat yang Maha Mengetahui segala-galanya. Firman-Nya, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui." (Q.S al-Baqarah [21]:216).

Bilamana datang suatu kejadian yang mencemaskan, segera kuasai diri . Jangan menyiksa diri dengan pikiran yang diada-adakan , sehingga terasa makin menyiksa. Memang begitulah kita; lebih gemar menganiaya diri sendiri dengan menenggelamkan ingatan dan lamunan pada yang tiada bermanfaat.
Segeralah kembalikan segala urusan kepada Allah. Yakinilah kesempurnaan, pertimbangan, dan kasih sayang-Nya, dan segera bulatkan hati bahwa hanya Dia-lah satu-satunya pembela. Dia-lah pemberi jalan ke luar yang paling sempurna. Mustahil Dia lalai dan lupa terhadap keadaan hamba-Nya. Tidak mungkin pula Dia memungkiri janji-Nya terhadap orang-orang yang bersungguh-sungguh yakin bahwa pertolongan itu hanya datang dari-Nya. Setelah hati dan keyakinan kita bulat, segera juga bulatkan ikhtiar untuk memburu pertolongan Allah dengan amalan-amalan yang dicintaiNya.

Camkan, bahwa rida terhadap takdir itu letaknya di dalam hati, tetapi tubuh harus ikhtiar di jalan yang diridai-Nya. Dengan demikian, setiap untaian kejadian yang menimpa kita akan menjadi sarana yang paling tepat untuk gandrung bermunajat kepada Allah, sehingga membuat kita semakin taqarrub dan tidak pernah bisa lupa kepada-Nya.

Itulah sebenarnya rahasia ketenangan dan kebahagiaan sejati di dunia ini yang insya Allah akan menjadi bekal kebahagiaan yang kekal di akhirat nanti. "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingat, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik". (Q.S Ar-Ra`d [13]:28-29).


Wassalam,
From Perth with love,

Kobir

DOA DI AKHIR PEKAN

Perth, 22 Juli 2007

Aku berlindung kepada Allah dari segala godaan setan yang terkutuk
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
Segala puji hanya bagi-Mu Tuhan seru sekalian alam

Kami tengadahkan kedua tangan ini
Kami hadapkan wajah ini
Kami tundukkan hati ini
ke hadirat-Mu...

Ya Allah, berikanlah kepada kami ketenteraman hati dan kesejukan jiwa
karena percaya kepada-Mu ya Tuhan...
Jadikanlah kami yang beriman kepada-Mu, menjadi unsur-unsur penyejuk
dalam udara yang panas...
Unsur-unsur penenang dalam kegemuruhan hiruk-pikuknya suasana...

Ya Robbi, jauhkanlah kami dari rasa congkak dan angkuh
bila kami memperoleh rasa lebih dari yang lain,
karena Engkau tidak menyukai kepongahan dan kesombongan

Ya Allah, berikanlah kepada kami kecerdasan, kepandaian, dan kearifan
untuk menilai segala sesuatu di hadapan kami, dengan kebesaran jiwa...
dan jauhkanlah kami dari kesempitan dan kepicikan jiwa

Ya Tuhan, berikanlah kepada kami tenaga untuk senantiasa berada di jalan-Mu
dan selalu ingat kepada-Mu ya Allah saat kami menghadapi kejadian,
baik yang menggembirakan, maupun yang kami anggap sukar...
karena kami yakin ya Allah..
bahwa tanpa pertolongan-Mu
bahwa tanpa kekuatan yang Engkau berikan
Kami adalah hamba-hamba lemah, tiada berdaya upaya
Berikanlah kepada kami kesabaran dan ketawakalan
atas kesukaran yang kami hadapi
karena kesabaran lebih Engkau sukai daripada murka amarah

Ya Allah, anugerahkan kepada kami kemampuan untuk bersyukur
atas segala nikmat yang telah Engkau limpahkan hingga detik ini
hingga Engkau akan menambahnya
Ya Allah, jangan Engkau masukkan kami ke dalam golongan
orang yang tidak mengakui nikmatmu
karena kami tahu, azab-Mu amat pedih

Ya Allah, ridhailah usaha reformasi birokrasi dan pembangunan di negeri kami
Tunjukilah kami dan para pemimpin kami, jalan-Mu yang lurus
agar amal perbuatan kami ini tidak sia-sia

Ya Rabbi, ampunilah kami. Ampunilah ibu bapak kami...
sayangi dan kasihilah beliau
sebagaimana beliau mengasihi kami sejak kecil

Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami
sebagai anak shalih yang berbakti kepada kedua orang tua
Jadikanlah generasi penerus kami
menjadi generasi yang lebih baik dari kami

Ya Rabbi, berilah kami kebahagiaan di dunia
dan kebahagiaan di akhirat
serta jauhkanlah kami dari siksa api neraka

Subhaana robbika robbil 'izzati 'ammaa yasifuun
wassalaamun 'alal mursaliin
walhamdulillaahi robbil aalamiin


From Perth with love,

Kobir

DEKLARASI GENERASI BIRU

Kami Generasi Biru...
Membayangkan Indonesia...
Negara kami, komunitas kami, tanah air kami; 'yang kami miliki'...

Kami mempunyai hak untuk bermimpi, hidup, dan sukses
di negara yang bisa kami sebut sebagai rumah kami...

Kami adalah satu kesatuan empati dan simpati, dengan kejujuran
dalam mengakui kesalahan-kesalahan dan keberanian untuk
menatanya kembali menjadi benar...
Kami mencari bersama dan belajar, bukan untuk menyalahkan...

Kami bangga, kami bangkitkan kembali, kami lindungi, dan kami cintai
tanah air kami yang mudah retak

Kami percaya bahwa pendidikan adalah untuk siapa saja...
demi masa depan bangsa yang bertumbuh dan berkembang

Negara kami adalah tempat di mana di sana selalu ada
sebuah bantuan dalam pencapaian...

Kami adalah orang-orang yang memiliki persamaan dan perbedaan
yang dirayakan bersama dengan penuh rasa bangga...

Kami adalah bangsa yang berkomitmen untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia di Indonesia dan di seluruh dunia tanpa kompromi...

Kami peluk semangat kebersamaan...

Kami peduli, kami aktif, kami terlibat

Bayangkan Indonesia kita, hidup dan berbagi....


Perth, 24 September 2007

Moch. Abdul Kobir
NIP 060082152

MEMAHAMI REAKSI ALAMI TERHADAP PERUBAHAN

Sejak sebuah perubahan diumumkan sampai perubahan dirasakan benar sampai ke lapisan bawah, semua pegawai-tanpa mempertimbangkan jabatan dan pengalamannya- pada level tertentu, akan mengalami kebingungan, tekanan, dan perasaan kehilangan. Yang paling menarik adalah bahwa orang bereaksi terhadap ketidakpastian ini dengan cara yang berbeda. Kita yang terlibat dalam perubahan ini, perlu memahami secara jelas apa saja reaksi orang terhadap perubahan tersebut.

Beberapa individu dapat mengatasi dengan baik atas masalah yang terjadi sebagai akibat adanya perubahan karena mereka telah membangun sebuah perspektif berdasarkan kehidupan yang mereka alami dan pengalaman yang mereka miliki. Orang model seperti ini, dapat melihat perubahan sebagai sebuah peluang. Pada awalnya, orang-orang tersebut juga merasakan hal yang sama yaitu: kehilangan orientasi, tidak nyaman, dan mengkhawatirkan masa depan mereka. Namun, mereka beradaptasi lebih cepat, hatinya bersambung dengan proses yang ada, toleran terhadap ambiguitas, sangat kreatif, dan mampu berimprovisasi dalam mencari solusi terhadapap masalah-masalah baru yang timbul. Mereka aktif berkomunikasi dan mengikuti program-program pelatihan yang biasanya menyertai ide perubahan. Mereka jadikan hal itu sebagai sumber informasi. Orang seperti ini, memiliki kualitas adaptasi yang sangat baik dalam sebuah organisasi, menjadikan tugas pimpinan menjadi lebih mudah. Sayangnya, tidak semua pegawai beradaptasi dengan cara ini.

Di saat beberapa pegawai dapat beradaptasi, banyak pegawai yang masih “stuck”, merasa terperangkap dan bingung. Perubahan menghadirkan rasa kehilangan pada tipe-tipe orang tertentu. Rasa kehilangan ini biasanya dipersepsikan lebih besar daripada apa pun hasil yang dijanjikan oleh perubahan. Kontrol, peluang di masa depan, prediksi, power, status, keamanan, atau banyak lagi perasaan-perasaan yang menurut kelompok tersebut penting. Perubahan dilihat sebagai hal yang lebih buruk.

Orang yang lain lagi mungkin menaruh diri mereka sendiri sebagai korban sebuah perubahan. Pegawai yang menganggap dirinya sebagai korban merasa bahwa mereka tidak punya pilihan, bahwa mereka hanya “diberitahu” tentang apa yang harus dikerjakan, dan apa peran mereka yang harus dipatuhi.

Ada juga tipe yang bereaksi secara kaku, tidak fleksibel. Respon ini terjadi ketika orang telah menjadi nyaman dan terbiasa dengan cara-cara terdahulu yang telah dikerjakan, dengan proses kerja lama, dan dengan model organisasi terdahulu. Orang-orang ini tidak mau tahu antara hal yang dikerjakan dengan tujuan pekerjaannya. Tujuan yang lebih penting dengan proses yang dikerjakan menjadi tidak bersambung, karena proses dianggap lebih signifikan. Ambil contoh, adanya perubahan yang berimbas pada proses baru, teknologi baru, dan kebijakan baru. Orang-orang ini bereaksi dengan resistensi. Secara konfrontatif mereka menolak.

Ada pula reaksi lain, yaitu orang yang memiliki kesulitan untuk mengatasi perasaan kecewa, tidak puas dengan organisasi, teringat pada “masa-masa lalu yang indah” dan “cara yang biasa kita lakukan dahulu”. Ekspresi perilaku yang lainnya adalah menarik diri untuk berkontribusi, mengisolasi diri, menolak (ini lagi, terlalu begitu, ini akan berlalu, dst.), sinis, dan bentuk-bentuk lain bernostalgia ke masa lalu. Banyak pula pegawai yang mengekspresikan resistensi mereka dengan cara tidak membuat keputusan, tidak beraksi, dan “wait and see” karena tidak mendapatkan informasi yang cukup atau tidak cukup mengerti dengan proses yang terjadi.

Bahkan, para pegawai yang “excellent” yang biasanya mencapai performa bagus, bisa juga menjadi “stuck” dalam perubahan. Pimpinan perlu mengenali perilaku mereka sebagai sebuah reaksi dan bukan sebagai masalah dalam kinerja.

Dengan demikian, apa saja yang bisa kita lakukan?:
Lebih dekatlah dalam mengobservasi perilaku. Perhatikan apa yang orang-orang katakan dan kerjakan dalam rapat dan pertemuan informal (milis forum prima, misalnya). Lebih sensitiflah pada bagaimana perasaan orang-orang.
Pelajari, bagaimana orang-orang bereaksi. Pelajari, dasar psikologi orang yang mengalami perubahan melalui kursus, buku, dan tulisan lainnya.
Kenali, bahwa reaksi-reaksi itu berdampak pada setiap orang. Pada tingkatan yang lebih besar atau kecil, semua pegawai bereaksi terhadap perubahan. Antisipasi hal itu; temukan masalah dan jawabannya.

“Progress is a nice word. But change is its motivator. And change has its enemies.”



*Penulis adalah pelaksana pada Sekretariat DJPB, tugas belajar pada Curtin Business School , Curtin University of Technology, Western Australia