Thursday, December 06, 2007

MEMAHAMI REAKSI ALAMI TERHADAP PERUBAHAN

Sejak sebuah perubahan diumumkan sampai perubahan dirasakan benar sampai ke lapisan bawah, semua pegawai-tanpa mempertimbangkan jabatan dan pengalamannya- pada level tertentu, akan mengalami kebingungan, tekanan, dan perasaan kehilangan. Yang paling menarik adalah bahwa orang bereaksi terhadap ketidakpastian ini dengan cara yang berbeda. Kita yang terlibat dalam perubahan ini, perlu memahami secara jelas apa saja reaksi orang terhadap perubahan tersebut.

Beberapa individu dapat mengatasi dengan baik atas masalah yang terjadi sebagai akibat adanya perubahan karena mereka telah membangun sebuah perspektif berdasarkan kehidupan yang mereka alami dan pengalaman yang mereka miliki. Orang model seperti ini, dapat melihat perubahan sebagai sebuah peluang. Pada awalnya, orang-orang tersebut juga merasakan hal yang sama yaitu: kehilangan orientasi, tidak nyaman, dan mengkhawatirkan masa depan mereka. Namun, mereka beradaptasi lebih cepat, hatinya bersambung dengan proses yang ada, toleran terhadap ambiguitas, sangat kreatif, dan mampu berimprovisasi dalam mencari solusi terhadapap masalah-masalah baru yang timbul. Mereka aktif berkomunikasi dan mengikuti program-program pelatihan yang biasanya menyertai ide perubahan. Mereka jadikan hal itu sebagai sumber informasi. Orang seperti ini, memiliki kualitas adaptasi yang sangat baik dalam sebuah organisasi, menjadikan tugas pimpinan menjadi lebih mudah. Sayangnya, tidak semua pegawai beradaptasi dengan cara ini.

Di saat beberapa pegawai dapat beradaptasi, banyak pegawai yang masih “stuck”, merasa terperangkap dan bingung. Perubahan menghadirkan rasa kehilangan pada tipe-tipe orang tertentu. Rasa kehilangan ini biasanya dipersepsikan lebih besar daripada apa pun hasil yang dijanjikan oleh perubahan. Kontrol, peluang di masa depan, prediksi, power, status, keamanan, atau banyak lagi perasaan-perasaan yang menurut kelompok tersebut penting. Perubahan dilihat sebagai hal yang lebih buruk.

Orang yang lain lagi mungkin menaruh diri mereka sendiri sebagai korban sebuah perubahan. Pegawai yang menganggap dirinya sebagai korban merasa bahwa mereka tidak punya pilihan, bahwa mereka hanya “diberitahu” tentang apa yang harus dikerjakan, dan apa peran mereka yang harus dipatuhi.

Ada juga tipe yang bereaksi secara kaku, tidak fleksibel. Respon ini terjadi ketika orang telah menjadi nyaman dan terbiasa dengan cara-cara terdahulu yang telah dikerjakan, dengan proses kerja lama, dan dengan model organisasi terdahulu. Orang-orang ini tidak mau tahu antara hal yang dikerjakan dengan tujuan pekerjaannya. Tujuan yang lebih penting dengan proses yang dikerjakan menjadi tidak bersambung, karena proses dianggap lebih signifikan. Ambil contoh, adanya perubahan yang berimbas pada proses baru, teknologi baru, dan kebijakan baru. Orang-orang ini bereaksi dengan resistensi. Secara konfrontatif mereka menolak.

Ada pula reaksi lain, yaitu orang yang memiliki kesulitan untuk mengatasi perasaan kecewa, tidak puas dengan organisasi, teringat pada “masa-masa lalu yang indah” dan “cara yang biasa kita lakukan dahulu”. Ekspresi perilaku yang lainnya adalah menarik diri untuk berkontribusi, mengisolasi diri, menolak (ini lagi, terlalu begitu, ini akan berlalu, dst.), sinis, dan bentuk-bentuk lain bernostalgia ke masa lalu. Banyak pula pegawai yang mengekspresikan resistensi mereka dengan cara tidak membuat keputusan, tidak beraksi, dan “wait and see” karena tidak mendapatkan informasi yang cukup atau tidak cukup mengerti dengan proses yang terjadi.

Bahkan, para pegawai yang “excellent” yang biasanya mencapai performa bagus, bisa juga menjadi “stuck” dalam perubahan. Pimpinan perlu mengenali perilaku mereka sebagai sebuah reaksi dan bukan sebagai masalah dalam kinerja.

Dengan demikian, apa saja yang bisa kita lakukan?:
Lebih dekatlah dalam mengobservasi perilaku. Perhatikan apa yang orang-orang katakan dan kerjakan dalam rapat dan pertemuan informal (milis forum prima, misalnya). Lebih sensitiflah pada bagaimana perasaan orang-orang.
Pelajari, bagaimana orang-orang bereaksi. Pelajari, dasar psikologi orang yang mengalami perubahan melalui kursus, buku, dan tulisan lainnya.
Kenali, bahwa reaksi-reaksi itu berdampak pada setiap orang. Pada tingkatan yang lebih besar atau kecil, semua pegawai bereaksi terhadap perubahan. Antisipasi hal itu; temukan masalah dan jawabannya.

“Progress is a nice word. But change is its motivator. And change has its enemies.”



*Penulis adalah pelaksana pada Sekretariat DJPB, tugas belajar pada Curtin Business School , Curtin University of Technology, Western Australia

1 comment:

Ay said...

Yesterday is a history, tommorrow is a mystery, today is a gift.., thats why we call it "Present".

cheer up every moment..

Seneng ketemu mas ente lagee.